MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK “Inovasi Pengolahan Telur secara Modern”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Telur merupakan salah satu bahan pangan
sumber protein yang memiliki kandungan nutrisi hampir sempurna. Telur
mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi manusia terutama pada fase
pertumbuhan. Protein yang berada di dalam telur mempunyai mutu yang tinggi,
karena memiliki susunan asam amnio esensial yang lengkap. Telur tersusun atas
bagian-bagian yang terdiri dari kuning telur, putih telur dan cangkang telur.
Telur dikelilingi oleh selaput setebal 0,2-0,4 mm yang berpori-pori dan
berkapur. Kulit telur ayam berwarna putih-kuning kecoklatan, telur bebek
berwarna kehijauan dan warna kulit telur burung puyuh memiliki ciri khas
bercak-bercak hitam pada kulit cangkangnya.
Putih telur atau albumen merupakan bagian
telur yang berbentuk seperti gel kental yang mengandung air memiliki kekentalan
yang bervariasi antara telur ayam dengan telur unggas lainnya. Bagian putih
telur yang terletak dekat dengan kuning telur lebih kental dan membentuk
lapisan yang disebut dengan kalaza (kalazaferous). Lapisan kalazaferous merupakan
lapisan tipis yang kuat dan mengelilingi kuning telur. Sebutir telur terdiri
atas tiga komponen utama yaitu bagian kulit telur 8-11%, putih telur 57-65% dan
kuning telur 27-32%.
Telur dari berbagai jenis unggas memiliki
fungsi yang sama, yaitu untuk menyediakan kebutuhan hidup pokok makhluk baru.
Oleh sebab itu komposisi telur-telur unggas tersebut hampir sama. Umumnya telur
mengandung komponen utama yang terdiri atas air, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral.
Ketersediaan telur yang melimpah di
Indonesia terutama pulau jawa melatar belakangi pembuatan makalah ini.
Tingginya tingkat konsumsi telur oleh masyarakat Indonesia dari berbagai umur
mengakibatkan meningkatnya limbah telur terutama pada cangkangnya. Limbah
terbanyak terdapat pada limbah telur ayam yang berwarna cokelat. Limbah
tersebut oleh masyarakat biasa hanya dijadikan sampah tanpa adanya pengolahan
lebih lanjut. Di Indonesia produksi kulit telur akan terus berlimpah terutama
limbah dari pabrik roti dan restoran.
Tingginya limbah telur dan kandungan gizi
yang tinggi maka limbah tersebut masih dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang
bermanfaat dan mengandung nilai ekonomis yang tinggi. Makalah ini akan membahas
pemanfaatan limbah telur menjadi inovasi yang modern yaitu antara lain, obat kumur,
pasta gigi dan tepung telur.
Pemanfaatan terfokus pada limbah cangkang
telur karena limbah tersebut menyumbang sebagai limbah terbanyak dari
keseluruhan bagian telur. Cangkang telur mengandung banyak nutrisi terutama
kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor tersebut baik untuk perbaikan tulang dan
gigi terutama untuk lansia.
1.2. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut :
1. Kandungan nutrisi telur dan cangkang telur
2.
Berbagai
macam inovasi pengolahan telur (cangkang telur)
1.3. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui kandungan nutrisi dari telur dan cangkang tekur
2. Untuk mengetahui berbagasi macam inovasi
pengolahan berbahan dasar telur (cangkang telur)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Kandungan Nutrisi Cangkang Telur
Cangkang telur adalah bagian telur dari
telur yang berfungsi memberi perlindungan bagi komponen-komponen isi telur dari
kerusakan, baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologis. Sisa penetasan adalah
segala limbah yang dihasilkan dari industri penetasan seperti telur yang tidak
menetas, cangkang telur dari anak ayam yang sudah menetas maupun cangkang telur
yang di dalamnya masih mengandung embrio yang sudah mati.
Komposisi cangkang telur secara umum
terdiri atas : air (1,6%) dan bahan kering (98,4%). Dari total bahan kering
yang ada, dalam cangkang telur terkandung unsur mineral (95,1%) dan protein
(3,3%). Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka cangkang telur tersusun
atas kristal CaCO3 (98,43%) ; MgCO3 (0,84%) dan Ca3(PO4)2 (0,75%).
Menurut Li dkk. (2015) kulit telur terdiri
dari 97% kalsium karbonat dan 3% terdiri atas magnesium, natrium, kalium, seng,
mangan, besi dan tembaga. Kandungan kalsium yang cukup besar berpotensi untuk
dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk seperti obat kumur, pasta gigi dan
tepung telur.
Tabel
1. Komposisi Nutrisi Cangkang Telur
Nutrisi
|
Cangkang telur
(%berat)
|
Air
|
29
– 35
|
Protein
|
1,4
– 4
|
Lemak
murni
|
0,10
– 0,20
|
Abu
|
89,9
– 91,1
|
Kalsium
|
35,1
– 36,4
|
Kalsium
karbonat (CaCO3)
|
90,9
|
Fosfor
|
0,12
|
Sodium
|
0,15
– 0,17
|
Magnesium
|
0,37
– 0,40
|
Pottasium
|
0,10
– 0,13
|
Sulfur
|
0,09
– 0,19
|
Alanin
|
0,45
|
Arginin
|
0,56
– 0,57
|
Sumber : Warsy dkk. 2016.
2.2. Inovasi Telur
2.2.1. Pasta gigi
Perkembangan teknologi dari zaman ke zaman
sangatlah pesat, salah satunya dalam bidang kesahatan. Kesehatan merupakan hal
terpenting dalam kehidupan yang harus dijaga. Kesehatan tubuh dapat dipelihara
dengan menjaga kebersihan anggota tubuh termasuk kesehatan gigi dan gusi. Kebersihan
gigi dan gusi sangat penting untuk mencegah bau mulut, kanker dan penyakit
lainnya sehingga diperlukan pasta komposit unutk membersihkan gigi. Pasta
komposit merupakan bahan dasar dari pembuatan pasta gigi yang terdiri dari
bahan mineral dari alam seperti serbuk cangkang telur (Sumber Ca2+),
baking soda dna gliserin. Hal ini sesuai dengan pendapat Warsy dkk. (2016) yang
menyatakan bahwa berkembangnya ilmu pengetahuan bahwa pasta gigi juga dapat
diperoleh dari bahan alami seperti kalsium karbonat (CaCo3) yang
diperoleh dari cangkang telur sehingga aman bagi tubuh.
Pembuatan pasta gigi tersebut juga harus
menggunakan bahan tambahan lainnya seperti baking soda sebagai pemutih gigi,
bubuk kulit cangkang telur sebagai sumber kalsium karbonat serta gliserin
sebagai pengawet. Berikut merupakan prosedur kerja dalam pembuatan pasta
komposit dari limbah cangkang telur.
Pembuatan serbuk cangkang telur (kalsium karbonat)
Cangkang
telur dibersihkan dan direndam dengan menggunakan air panas. Kemudian,
dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit. Setelah itu, cangkang
telur dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi serbuk yang halus.
Lalu serbuk cangkang telur diayak denngan ukuran 100 mesh.
Penentuan kadar CaCO3
Menimbang kurang lebih 3 gram serbuk
cangkang telur dalam gelas kimia 250 mL. Kemudian ditambahkan aqua 50 mL dan
HCL 6 M sambil diaduk. Larutan dipanaskan sampai 50 mL dan diaduk hingga larut,
kemudian didinginkan. Larutan disaring dan diencerkan hingga tanda batas pada
labu takar 250 mL. Larutan dipipet 25 mL ke dalam labu takar 100 mL dan
diencerkan hingga tanda batas. Ditambah 50 mL aquades, 2 mL larutan NaOH.
Produksi pasta
komposit
Menimbang serbuk
cangkang telur. Kemudian kalsium karbonat dengan baking soda secara berurutan.
Lalu ditambahkan gliserin ke dalam campuran sebanyak 4 mL. Diaduk sampai rata
selama 10 menit. Setelah itu dilakukan uji pH menggunakan kertas pH.
Gambar
1. Hasil pasta gigi dari cangkang telur
2.2.2. Obat Kumur
Penampilan
bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kepercayaan diri seseorang, adakalanya
kesehatan mulut yang menjadi faktor penentu. Tidak terjaganya kesehatan mulut
dapat menyebabkan bau tidak sedap serta masalah kesehatan mulut dan gigi.
Umumnya, masyarakat hanya mengetahui bahwa menyikat gigi dapat membersihkan
seluruh rongga mulut namun ternyata hal tersebut tidaklah cukup. Solusi dari
masalah kesehatan mulut yang berkembang
adalah dengan pembuatan obat kumur (mouth wash). Indonesia merupakan
negara besar yang penduduknya mayoritas beragama muslim, sedangkan kebanyakan
obat kumur mengandung alkohol dan tidak tersertifikasi halal, disamping itu
juga terdapat kendala alasan kenapa banyak masyarakat Indonesia enggan
menggunakan obat kumur untuk mengatasi masalah mulut adalah harganya yang
kurang terjangkau. Produk yang cocok untuk mengatasi masalah mulut dengan
bahan-bahan yang halal dan pastinya ramah lingkungan serta murah adalah dengan
membuat obat kumur berbahan dasar cangkang telur. Terdapat penemuan mengenai
produk obat kumur tersebut yaitu kombinasi antara cangkang telur sebagai dengan bahan alami seperti ekstrak daun sirih
sebagai antibakteri. Sesuai pendapat Hermawan (2007) bahwa daun sirih
mengandung senyawa minyak atsiri sebanyak 4,2% yang sebagian besar terdiri dari
Chavicol paraallyphenol, isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil
euganol dan Caryophyllen, kavikol, kavibekol, estragol, terpinen. Diperkuat
pendapat Syukur dan Hernani (1997) bahwa karvikol bersifat desinfektan dan
antijamur sehingga dpat digunakan sebagai antiseptik euganol dan methyl –
euganol dapat digunakan untuk mengurangi sakit gigi, selain itu daun sirih
juga mengandung enyawa flvonoid, saponin dan tanin, dimana ketiga bahan
tersebut merupakan antiseptik, bakteriostatik dan sebgai anti inflamasi. Komposisi
utama produk ini adalah ekstrak daun sirih, kalsium karbonat dari cangkang
telur, xylitol, dan natrium bikarbonat. Produk ini alcohol free,
efek antimikroba alkohol diganti dengan ekstrak daun sirih. Karena alcohol
free maka produk ini lebih aman, halal, dan dapat ditelan, disamping itu
harganya juga sangat terjangkau yaitu Rp. 5000,- per botol ukuran 250 ml.
2.2.3. Katalis
Biodiesel
Katalis
biodiesel yang sering digunakan adalah katalis basa homogen (NaOH dan KOH)
karena katalis dengan kualitas tinggi dibandingkan yang lainnya, namun
kelemahannya katalis ini sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga hanya
akan berakhir sebagai limbah yang akan mencemari lingkungan. Untuk mengatasi
masalah tersebut digunakan katalis basa heterogen CaO yang dapat dihasilkan
dari kalsinasi CaCO3 dan sumbernya dari cangkang telur. Hal ini
sesuai dengan pendapat Santoso dkk. (2013) bahwa kulit telur memiliki kandungan
CaCO3 sebanyak 94%, MgCO3 1%, Ca3(PO4)2
1% dan bahan-bahan organik 4%. Proses kalsinasi kulit telur bertujuan
menghilangkan kandungan air, senyawa organik serta CO2 didalam kulit
telur. Air dan senyawa organik umumnya dapat dihilangkan dari kulit telur pada
temperatur di bawah 600oC sementara karbon dioksida baru dapat dilepaskan dari
kulit telur pada temperatur sekitar 700 – 800oC. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan katalis CaO yang baik dari kulit telur, temperatur kalsinasi yang
digunakan harus di atas 800oC. Pada pengujian awal pembuatan
biodiesel dengan menggunakan katalis kulit telur sebanyak 3% - berat yang
disiapkan dengan proses kalsinasi pada temperatur 1000oC selama 2
jam, dengan menggunakan bahan baku metanol dan minyak kedelai dengan rasio
molar 9:1, temperatur reaksi 65oC, dan waktu reaksi 3 jam didapatkan
perolehan biodisel di atas 95%. Lebih lanjut didapatkan bahwa katalis kulit
telur dapat digunakan secara berulang sampai 13 kali tanpa adanya penurunan
keaktifan secara berarti. Katalis kulit telur baru terdeaktifasi secara
sempurna pada penggunaan berulang lebih dari 17 kali.
Pembuatan
Katalis
Katalis yang akan
digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah katalis CaO dari bahan dasar kulit
telur. Mula-mula, kulit telur dihancurkan dan diayak dengan ukuran 40 – 80
mesh. Kulit telur yang telah dihancurkan ini kemudian dicuci dengan air untuk
menghilangkan pengotor-pengotor seperti debu yang menempel. Setelah dicuci,
kulit telur dikeringkan di dalam oven pada suhu 100oC selama 24 jam. Kulit
telur kemudian dikalsinasi dalam sebuah furnace pada suhu 1000oC selama 2 jam.
Setelah proses kalsinasi selesai, katalis yang dihasilkan disimpan di dalam eksikator
untuk menjaga kondisi katalis tetap kering.
Beberapa analisa yang dapat dilakukan untuk mengetahui karakterisasi
sifat fisik
dan kimia katalis kulit telur yang dihasilkan dalam percobaan ini
antara lain:
a. X-Ray Diffraction (XRD)
Untuk mengetahui komposisi kimia katalis kulit telur yang dihasilkan
b.
Scanning Electron Microscopy (SEM)
Untuk mengetahui struktur dan morfologi permukan katalis kulit telur
yang dihasilkan
c.
Electron Dispersive Spectroscpy (EDS)
Untuk mengetahui konsentrasi CaO dalam katalis
d.
Brunauer-Emmett-Teller (BET)
Untuk menentukan luas permukaan katalis kulit telur yang dihasilkan
Pembuatan
Biodiesel
Pembuatan biodiesel dilakukan dengan mencampurkan metanol dan katalis
kulit telur ke dalam sebuah labu erlenmeyer. Ke dalam campuran tersebut
kemudian ditambahkan minyak goreng dan diaduk dengan kecepatan pengadukan 600
rpm. Reaksi pembuatan biodiesel dilangsungkan pada temperatur 65oC.
Campuran
hasil reaksi ini kemudian dipisahkan dari katalis menggunakan kertas saring dan
corong Buchner. Campuran yang telah bebas dari katalis kemudian
didekantasi untuk memisahkan produk biodiesel yang dihasilkan. Dekantasi
dilakukan dengan menggunakan corong pemisah.
Kondisi operasi yang akan divariasikan dalam penelitian ini adalah
rasio molar metanol terhadap minyak goreng, jumlah katalis yang digunakan,
serta waktu reaksi. Rasio molar metanol terhadap minyak goreng akan
divariasikan pada 6:1 dan 12:1. Jumlah katalis kulit telur yang digunakan akan
divariasikan pada 5%-berat dan 15%-berat katalis kulit telur terhadap minyak
goreng. Sementara itu, waktu reaksi akan divariasikan pada 2 jam dan 4 jam.
Kondisi operasi pembuatan biodiesel di atas kemudian akan dioptimasi
untuk mendapat rasio molar metanol terhadap minyak goreng, jumlah katalis yang
digunakan, serta waktu reaksi yang memberikan konversi minyak goreng serta
perolehan biodisel yang optimum.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat disimpulan bahwa cangkang telur sebagai limbah yang
sering tidak dimanfaatkan dan hanya dibuang sia-sia, ternyata masih memiliki
nilai ekonomis dan mengandung bahan-bahan yang masih dapat berguna bagi manusia
dan membantu kendala manusia. Kendala yang dapat diatasi dengan bahan dasar
limbah berupa cangkang telur adalah seperti pasta gigi yang ramah lingkungan,
obat kumur yang halal dan harga yang terjangkau, serta cangkang telur yang
dimanfaatkan sebagai bahan biodisel.
DAFTAR PUSTAKA
Amrina, Q. H.
2008. Sintesa hidroksiapatit dengan memanfaatkan limbah cangkang telur :
karakteristik difraksi sinar-X dan scanning electron microscopy (SEM).
Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor, Bogor. [Skripsi]
Li, D. Y., N. Wu,
J. B. Tu, Y. D. Hu, M. Y. Yang, H. D. Yin, B. L. Chen, H. L. Xu, Y. F. Yao and
Q. Zhu. 2015. Expression patterns of melatonin receptors in chicken ovarian
follicle affected by monocromatic light. Genetics and Molecular Research 14 (3)
: 10072 -10080.
Santoso, H., I.
Kristianto, A. setyadi. 2013. Pembuatan biodiesel menggunakan katalis basa
heterogen berbahan dasar kulit telur. Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
[Skripsi]
Sebon, A. 2016.
Pengaruh penggunaan pasta cangkang telur Ayam Ras (Gallus sp.) terhadap
kekerasan mikro enamel gigi setelah aplikasi bahan bleaching eksternal eksternal
(Uji In Vitro). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,
Makassar. [Skripsi]
Warsy, S. Chadijah
dan W. Rustiah. 2013. Optimalisasi kalsium karbonat dari cangkang telur untuk
produksi pasta komposit. Al-Kimia 2 (4) : 86 – 97.
Zulti, F. 2008.
Spektroskopi inframerah, serapan atomik, serapan sinar tampak dan ultraviolet
hidroksiapatit dari cangkang telur. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor. [Skripsi]
Komentar
Posting Komentar