Pengaruh Penambahan Tepung Umbi Dahlia terhadap Keberadaan Bakteri Asam Laktat dalam Usus dan Kecernaan Ayam Kampung Pedaging
Tujuan
Mengetahui
pengaruh penambahan tepung umbi dahlia sebagai prebiotik terhadap keberadaan bakteri
asam laktat di dalam usus ayam kampung pedaging dan untuk mengetahui pengaruh
penambahan tepung umbi dahlia terhadap konsumsi ransum, kecernaan serat kasar,
kecernaan protein kasar dan retensi nitrogen pada ayam kampung pedaging.
Parameter
Parameter
yang di ukur dalam penelitian yaitu jumlah bakteri asam laktat (BAL) dalam usus
ayam kampung pedaging serta jumlah konsumsi ransum, kecernaan serat kasar,
kecernaan protein kasar dan retensi nitrogen pada ayam kampung.
1.
Jumlah Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat merupakan salah
satu probiotik alami yang ada didalam usus ayam dimana keberadaannya dapat
meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dan menstabilkan PH saluran cerna.
Alat
yang digunakan untuk mengukur jumlah bakteri asam laktat yaitu quebec colony
counter dan dilengkapi dengan alat-alat lain pada saat pengamtan.
Bakteri
asam laktat dapat dihitung jumlahnya dengan cara memotong ayam, mengeluarkan
organ saluran pencernaan dari perut ayam. Isi organ usus halus dan sekum dikeluarkan.
Isi saluran pencernaan dikeluarkan dan ditampung pada plastik steril yang ada
tutupnya. Berat sampel yang diambil untuk BAL sebesar minimal 2 gram. Plastik berisi
sampel sementara dimasukkan pada termos es dengan suhu ± 5⁰C. Sampel selanjutnya disimpan pada
almari pendingin khusus. Sampel kemudian di uji jumlah bakteri asam laktat. Pengujian
jumlah Bakteri Asam Laktat dapat dilakukan dengan MRS Broth (Merck) sebagai
pengencer dan MRS Agar (Merck) (Purwati et al., 2005). Langkah- langkah yang
dilakukan dalam menghitung total koloni BAL dilakukan adalah :
1. Mempersiapkan dan membersihkan
semua peralatan yang dibutuhkan.
2.
Pembuatan
media preenrichment dengan 16,44 g MRS Broth (Merck) dilarutkan dalam 315 ml
aquades untuk 6 sampel dan sampai pengenceran 10-6. De Mann Rogosa
Sharpe Broth (Merck) dihomogenisasi dengan magnetic stirrer diatas hot-plate
pada suhu 100 ºC, kemudian di autoclave (15 menit, 121 ºC dan tekanan 15
lbs/in2).
3.
Media
berikutnya yang dipersiapkan MRS Agar (Merck) dengan melarutkan 6,95 g MRS Agar
dalam 105 ml aquades (Pembuatan secara umum adalah 66,20 g MRS Agar dalam 1000
ml aquades), kemudian dihomogenisasi dengan magnetic stirrer, diatas hot plate
pada suhu 100 ºC, lalu di autoclave, setelah agak dingin (± 55 ºC) lalu dituang
ke dalam 6 cawan petri masing-masing sebanyak ± 15 ml.
4.
Menggunakan
sendok steril dan aluminium foil isi saluran pencernaan ditimbang sebanyak 1 g,
kemudian dilarutkan dengan 9 ml larutan MRS Broth, lalu divortex sampai
homogen.
5.
Hasil
ini disebut pengenceran 10-1. Hasil pengenceran diambil 1 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan MRS Broth, lalu divortex
sampai homogen. Hasil pengenceran ini disebut dengan pengenceran 10-2,
begitu seterusnya sampai pada pengenceran 10-6.
6.
Pengenceran
10-6 diambil 100 μl sampel dan ditanam dengan metode spread pada
petridish yang telah berisi media kemudian diratakan dengan hockey stick yang
sebelumnya telah diberi alkohol dan dibakar dengan Bunsen. Pekerjaan ini dilakukan
dalam lamina flow dan di dekat bunsen.
7.
Inokulum
disimpan dalam tabung khusus (anaerob jar) lalu dimasukkan dalam incubator
selama 24 jam pada suhu 37 ºC dan dilakukan pengkodean petridish (cawan petri)
dengan menandai masing-masing petridish.
8.
Setelah
24 jam, koloni BAL yang tumbuh dilihat dengan menggunakan alat quebec colony
counter. Hasil perhitungan koloni BAL dihitung total koloni BAL dengan rumus
sebagai berikut :
2.
Konsumsi ransum
Jumlah
konsumsi ransum dapat dihitung dengan cara menghitung selisih ransum yang diberikan
dengan jumlah ransum sisa. Alat yang digunakan yaitu timbangan pakan.
3.
Kecernaan serat kasar dan protein kasar
Besarnya
kecernaan nutrien dapat diukur berdasarkan metode total koleksi atau total
collection methods, yaitu dengan melakukan koleksi ekskreta selama tiga
hari berturut-turut, serta dikoreksi endogen pada hari kedua yang diperoleh
dengan cara koleksi ekskreta pada ayam tanpa pemberian ransum. Perhitungan
kecernaan serat kasar dan protein kasar diukur menurut Ensminger et al. (1990)
sebagai berikut :
Kecernaan
nutrien =
Alat
yang digunakan untuk mengukur kecernaan yaitu alat untuk analisis proksimat
bahan pakan dan analisis proksimat ekskreta seperti oven dan alat laboratorium
lainnya.
4.
Konsumsi Nitrogen
Konsumsi
nitrogen merupakan hasil perkalian antara jumlah konsumsi pakan dangan kandungan
Nitrogen (N) pakan perlakuan.
Alat
yang digunakan untuk mengukur yaitu timbangan pakan dan juga alat laboratorium
untuk analisis proksimat kandungan ekskreta.
Konsumsi
Nitrogen (gram) = Konsumsi pakan x kandungan N pakan
Ekskresi
Nitrogen merupakan hasil perkalian antara kandungan Nitrogen ekskreta dengan
jumlah ekskreta yang dikeluarkan.
Ekskresi
Nitrogen (gram) = Jumlah ekskreta x kandungan N ekskreta
Nitrogen
Endogenous dapat diperoleh dari kandungan nitrogen ekskreta ayam yang
dipuasakan dikalikan dengan berat ekskreta.
Perhitungan
nilai retensi nitrogen adalah untuk mengetahui nilai kecernaan protein dalam
bahan makanan. Menurut Sibbald dan Wolynetz (1985) dan Wolynetz dan Sibbald (1984),
retensi nitrogen dihitung dengan rumus:
Perlakuan
Penelitian
dilakukan dengan menggunakan 6 perlakuan dan 4 ulangan dimana masing-masing
perlakuan menggunakan 10 ayam kampung pedaging dengan umur dan jenis kelamin
yang sama.
T0 : ransum kontrol
T1 : ransum + tepung umbi dahlia 0,4%
T2 : ransum + tepung umbi dahlia 0,8%
T3 : ransum + tepung umbi dahlia 1,2%
T4 : ransum + tepung umbi dahlia 1,6%
T5 : ransum + tepung umbi dahlia 2,0%
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian yaitu metode experimental dengan 5 perlakuan.
Metode penelitian terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap
pemeliharaan ayam, pemberian pakan perlakuan, tahap total koleksi, tahap
analisis kecernaan, tahap penyembelihan ayam dan pengukuran jumlah mikroba.
Penjelasan
:
Komentar
Posting Komentar