SWIFTLET BREEDING

Burung walet merupakan burung pemakan serangga yang berwarna gelap, mampu terbang cepat dengan kecepatan 150 km/jam selama 40 jam tanpa berhenti. Memiliki ukuran tubuh sedang/kecil dan memiliki sayap yang berbentuk bulan sabit dan runcing dengan panjang 12 cm dan apabila direntangkan sampai 26 cm, ekornya berbentuk persegi atau memanjang meruncing dan bercabang dua serta memiliki kaki dan paruh yang sangat kecil. Kaki burung walet yang kecil dan lemah berfungsi untuk merayap dan menempel di dinding gua atau tebing. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua atau rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berkembangbiak.
Burung walet terbagi atas enam jenis secara biologis yaitu, Collocalia Fuciphagus (walet putih), Collocalia gigas (walet besar), Collocalia maxima (walet sarang hitam), Collocalia brevirostris (walet gunung), Collocalia vanikorensis (walet sarang lumut), Collocalia esculenta (walet sapi). Burung walet yang sering dibudidayakan untuk diambil sarangnya adalah Collocalia fuciphaga (dibudidayakan sebagai burung walet), Collocalia esculenta (dibudidayakan sebagai burung seriti) dan Collocalia maxima (walet gua hitam).
Burung walet merupakan burung yang hidup berkelompok. Walet berkembang biak sepanjang tahun dan biasanya menjelang musim penghujan. Hal ini karena pada saat musim penghujan populasi serangga yang menjadi makanan walet. Perkembangbiakan walet terdiri dari tiga periode, yaitu periode kawin, periode bersarang dan periode bertelur.
1.            Mating periode
Perkawinan pada burung walet biasanya dilakukan pada saat menjelang musim penghujan dan pada malam hari. Periode kawin ditandai dengan banyaknya burung walet baik jantan maupun betina yang terbang tinggi dan saling berkejaran diudara untuk menemukan pasangannnya yang dilakukan saat mencari makanan. Pasangan yang telah trebentuk kemudian mecari tempat untuk membuat sarang bersama. Walet akan kawin setelah sarang yang dibuat sudah cukup besar dan bagus. Perkawinan pada walet berlangsung selama 5 – 8 hari.
2.                  Nesting Periode
Periode bersarang (nesting) pada walet saat  musim kawin dilakukan oleh walet jantan dan walet betina. Sarang walet biasanya dibuat pada malam hari oleh walet jantan dan walet betina bersama-sama setelah walet pulang dari mencari makan seharian. Burung walet bisanya memanfaatkan bagian dinding yang memiliki tekstur khusus seperti tonjolan-tonjolan  atau lekukan-lekukan dangkal untuk membuat sarangnya. Hal ini karena dinding bagian tersebut memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan bagian dinding yang lain. Suhu yang ideal sesuai dengan habitat asli dalam membuat sarang walet yaitu 24 – 27 OC dengan kelembaban antara 85 – 95%. Sarang walet dibuat dari air liur walet yang berasal dari kelenjar saliva atau sublingualis yang memanjang sampai dengan pangkal lidah. Air liur pada walet ini berbentuk benang panjang dan berwarna putih keruh yang merupakan materi untuk membuat sarang yang cara pembuatannya dianyam dari tepi ke tepi arah berlawanan horizontal kiri ke kanan atau sebaliknya dan tidak melingkar seperti sarang pada laba-laba. Pembentukan sarang walet biasanya memerlukan waktu 40 – 80 hari. Pembentukan sarang walet yang paling cepat yaitu selama 40 hari yang terjadi pada saat periode tidak bertelur. Pada saat periode bertelur biasanya pembuatan sarang mencapai 80 hari, tetapi untuk mempercepat pembuatan sarang, burung puyuh melakukan rontok bulu. Sarang walet yang dibuat pada musim kawin atau bertelur biasanya lebih besar dan lebih bagus bentuknya dibandingkan dengan sarang walet yang dibuat diluar periode bertelur yang berbentuk lebih kecil dan bentuknya tidak teratur. Hal ini karena pada periode bertelur, sarang walet berfungsi selain untuk tempat beristirahat, juga untuk mengeram dan membesarkan anaknya.
3.                  Laying Periode
Walet betina akan bertelur setelah 5 - 8 hari dari perkawinan. Interval peneluran atau keluarnya telur pertama dan kedua yaitu antara 2 - 4 hari. Jumlah telur pada walet setiap satu periode yaitu dua butir dengan berat setiap telur sekitar 1,2 gram. Lama pengeraman telur walet yaitu antara 13 – 15 hari dan dapat lebih lama atau lebih singkat tergantung pada umur telur. Pengeraman telur diakukan oleh walet betina dan jantan secara bergantian sampai anak walet menetas. Daya tetas pada telur  walet yaitus sekitar 69% dengan bobot tetas sekitar 2,75 gram. Anak walet yang telah menetas akan dirawat oleh induk walet. Anak walet makan dengan cara disuapi makanan oleh induknya. Dalam waktu satu minggu setelah menetas, bulu sayap anak walet akan mulai tumbuh kemudian bulu punggung dan bulu tubuh walet juga akan tumbuh sampai dengan 45 hari. Setelah 45 hari, anak walet itu dapat terbang dan mencari makan sendiri.


DAFTAR PUSTAKA


Budiman, A. 1992. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahmat, P. 2007. Budidaya Walet. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Wibowo, S. 1995. Budidaya Sarang Walet. Penebar Swadaya, Jakarta.

William, D. 2011. Studi Komparasi Budidaya Burung Walet di Kecamatan Singkawang Tengah dan Kecamatan Singkawang Selatan. Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta. (Skripsi Sarjana Pendidikan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayam Tanpa Bulu Telah Berhasil Dikembangkan oleh Para Ilmuwan

BUDIDAYA TOKEK

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK “Inovasi Pengolahan Telur secara Modern”